Pada hari Sabtu, tanggal 9 April 2020, tepatnya jam 09.00 - 11.00. kedua kalinya dari Divisi Intelektual Akademik dan Kemahasiswaan melaksanakan salah satu program kerjanya yaitu Diskusi Online dalam rangka kegiatan Kelompok Study, yang mana Diskusi Online ini dilaksanakan dalam dua minggu sekalinya dengan pemateri dan tema materi yang berbeda-beda.
Diskusi Online Pada part 2 ini, di sampaikan oleh saudara Rizky Rahmadani selaku pemateri dan di moderatori oleh saudara Muhammad Ridha Fahriza. Diskusi ini mengangkat tema: "Ramadhan yang Istimewa di tengah Ujian Allah"
Tepat jam 09.35 pemateri menyampaikan materi terkait dengan tema yang telah di tentukan. Pada awal pembahasan, pemateri menyampaikan bahwa ramadhan itu memang bulan yang istimewa di antara 11 bulan lainnya, bulannya alquran, bulannya ampunan, bulannya lailatul qadar dan sebagainya. Di setiap tahun bulan ramadhan mengalami kondisi yang berbeda beda, artinya bukan hanya tahun ini saja yang berubah. Ini semua tidak mengurangi kemuliaan bulan suci ramadhan. Ada atau tidaknya covid-19 ini ramadhan masih sama. Jadi menyikapi ramadhan kali ini tergantung pola pikir kita sendiri. Namun yang lebih baik itu adalah menurut perspiktif Allah. Perspiktif Allah tergantung pada perspiktif kita. Jadi kita harus khusnuzon, ibadah di rumah atau di mesjid itu baik. Sebab Allahlah yang menurunkan penyakit, jadi kita bisa ibadah di rumah. Yang perlu kita tanamkan dalam diri kita yaitu bersyukur. Kita juga perlu niat yang kuat, jadikanlah ibadah di bulan ramadhan ini lebih baik serta luangkan waktu untuk beribadah.
Selanjutnya memasuki pada sesi tanya jawab ada 2 peserta diskusi yang mendapat kesempatan untuk bertanya. Pertanyaan pertama oleh saudari Nor Arliani dari lokal C angakatan 2018. Pertanyaannya yaitu, Bagaimana kita melawan rasa malas kita dan meamalkan ibadah-ibadah secara maksimal lebih- lebih dibulan puasa nih agar tetap semangat ibadahnya? Pertanyaan kedua oleh saudara Ahmad Norhudlari dari lokal G Angkatan 2019. Pertanyaannya yaitu, bagaimana menurut pemateri apabila ada seseorang dalam suatu masyarakat ditengah pandemik ini melaksanakan ibadah tetapi tetap melaksanakan di mesjid atau mushola secara sembunyi-sembunyi seperti ramadhan yang tahun lalu , apakah hal itu baik atau tidak karena tidak mentaati himbauan pemerintah?
Pertanyaan pertama pemateri menjawab bahwa tidak ada cara lain kecuali dengan cara paksa. Allah memaksa kita beribadah, Allah berikan ketakutan-ketakutan untuk kita, mulai dari adanya corona, isu 15 ramadhan tentang dukhan, masih saja malas dalam beribadah, jadi kita harus memaksanya untuk beribadah. Adapun tambahan jawaban dari teman-teman. Pertama jawaban dari saudara Maulana Malik Ibrahim dari lokal H angkatan 2019. "Menurut saya ramadhan kali ini sama saja seperti ramadhan biasanya cuma ada sedikit perubahan dalam pelaksanaannya, mungkin perlu adanya adaptasi dalam menghadapi situasi ini tapi menurut saya sendiri bahwa (berharap) mungkin hari raya kali ini bisa menjadi hari raya paling meriah karena memang merayakan hari kemenangan karena kita berhasil mengalahkan nafsu kita di bulan ramadhan dan berhasil menang menghadapi cobaan wabah ini, melihat perkembangan data tentang COVID-19 saya jadi makin optimis pandemi ini akan segera berakhir."
Kedua jawaban dari saudara Muhammad Ishaac dari lokal D angkatan 2018. "Seperti itu tidak bisa dikatakan baik atau buruknya karena pengalaman saya ketika menghakimi mesjid dirumah saya buruk, ketika saya crosscheck mendengar curhatan tetangga dan lain-lain mereka tanpa ada ibadah ijtima'i di masjid seperti itu tidak akan melaksanakan dirumah karena kurangnya pengetahuan akan fiqh salat dan lain-lain, jadi menurut saya, ketika menilai itu, semoga baik saja karena pasti mereka juga tidak mau namanya terkena penyakit, mereka pasti sudah mengira bahwa insya Allah Allah akan menjaga mereka, jadi menurut saya tidak bisa dinilai buruk juga atas hal itu."
Yang ketiga dari saudara Ahmad Ramadhani dari lokal B angkatan 2018. "Yang pertama kalau kita malas dalam melaksanakan ibadah maka paksalah diri kita untuk melaksanakan ibadah tersebut. Yang kedua kita jangan lihat kata perintah dalam melaksanakan ibadah tersebut. Maksudnya kita diperintahkan sholat dalam al-quran tapi jangan hanya kita lihat kata perintah itu saja akan tetapi lihatlah apa yang terjadi setelahnya, kalau di bahasa kan itu jangan lihat luarnya saja tapi lihatlah hadiah yang ada di dalamnya setelah kita melaksanakan ibadah tersebut. Untuk mengetahui hadiahnya maka pelajari lah. Ini akan membangunkan semangat kita dalam beribadah. Dalam keseharian harus dijaga juga diri kita dari sebab yang membuat kita malas dalam sholat, perbuatan maksiat akan membuat kita malas dalam melaksanakan ibadah, makalah jagalah diri kita dari perbuatan maksiat, mata dijaga, mulut dijaga, semua anggota badan kita dijaga dari perbuatan yang haram karena ini salah satu penyebab yang akan membuat kita malas dalam mengerjakan ibadah. Mungkin itu dari saya semoga kita bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari."
Untuk pertanyaan kedua, pemateri menanggapi bahwa. Itu baik saja, cuman diantara di rumah, di musholla atau di mesjid itu ada yang lebih baik lagi yakni di rumah saja. Karena kita mencegah mudarat tadi. Karena bisa jadi yang sholat atau beribadah di musholla itu karena ada sandaran atau dalil yang kuat untuk tetap beribadah untuk mengisi. Itu baik saja, itu tidak banyak orangnya. Atau ada orang yang sudah lanjut usia yang tidak tahu, itu baik saja. Namun ada yang lebih baik yakni di rumah saja. Nah jadi itulah tadi jawaban dari pemateri dan teman-teman yang menambahkan terkait dengan pertanyaan peserta diskusi.
Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah " Baik itu bahwa bulan ramadhan adalah bulan yang istimewa dan di setiap tahun bulan ramadhan itu mengalami kondisi yang berbeda dan untuk tahun ini dengan adanya wabah virus covid-19 ini kita harus tetap beribah kepada Allah meskipun itu tidak di musholla atau di mesjid, kita bisa melaksanakannya di rumah. Yang perlu kita tanamkan pada diri kita yaitu niat yang kuat untuk tetap beribadah.
Tertanda:
Divisi Intelektual, Akademik, dan Kemahasiswaan (INTAN)
Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (HMJ PAI)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)
Universitas Islam Negeri Antasari BanjarmasinKelompok Study Mahasiswa Mahasiswi PAI Part 2
0 komentar: