Selasa, 14 April 2020

Bicara Tentang Covid-19 Bersama HMJ PAI Bidang Intelektual, Akademik dan Kemahasiswaan


Pb

Apa sih bedanya "Waspada" Sama "Berfikir Negatif" Berkaitan dengan viral nya penyebaran berita virus corona di media sosial saat ini?


"Melihat suatu perkara dengan satu sudut pandang atau satu sisi saja tidaklah cukup. Maka, dari sini lah kami membuka forum diskusi agar pemahaman tentang viral nya berita virus corona tidak terfokus terhadap satu sisi, melainkan dari berbagai macam sisi pemahaman agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam masyarakat." Ujar Saidatul Jannah, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Selanjutnya, begini ujar Aridha Aziza, salah satu anggota Divisi Intelektual Kemahasiswaaan HMJ PAI, ketika ditanya tentang perbedaan waspada dengan berfikir, "Waspada sama halnya dengan berjaga jaga atau berhati-hati agar tidak terjadi sesuatu terhadap seseorang itu sendiri. Beda halnya dengan berfikir negatif, selalu memandang hal yang ia pandang menjadi negatif."

-Lalu, bagaimana tanggapan kalian tentang?
"Orang yang menganggap bahwa yang telah menyebarkan berita corona disebut sebagai seseorang yang telah mengganggu mental si pembaca dan mendoktrin bahwa corona adalah virus yang sangat mengerikan" ?
Padahal, yang telah kita ketahui bahwa pemerintah menyebarkan hal tersebut agar masyarakat dapat berhati-hati atau waspada!-

"Sempat Rakyat resah dengan berita yang di tutup-tutupi oleh pemerintah, karena tidak ada penyampaian yang jelas siapa saja yang terjangkit virus tersebut. Setelah pemerintah memaparkan berita tersebut kepada khalayak masyarakat, kita selaku rakyat indonesia seharusnya dapat menghargai pemberitahuan berita tersebut dan menjadikannya sebagai rujukan kewaspadaan atau kehati-hatian, bukan malah menyalahkan orang yang menyebarkan berita tersebut." Ujar Saidatul Jannah.

"Perlu kita garis bawahi bahwa berita yang harus kita hindari adalah berita yang tidak jelas berasal dari mana. Dari sini, kita dapat mengambil sudut pandang setiap seseorang, terkadang ada yang menangkap suatu berita dengan berlebihan tanpa mencari berita dari artikel yang lain." Ujar Ridha, salah satu anggota Intelektual Kemahasiswaan HMJ PAI.

"Lalu ada juga yang berpendapat bahwa sebaiknya jangan sertakan foto atau gambar yang mengerikan, agar tidak muncul tanggapan yang berlebihan dari masyarakat itu sendiri." Ujar Winto, Sekretaris Bidang, menambahkan pendapat dari mereka.

dan begini pendapat Ketua Umum DEMA FTK 2019/2020, Ka Miftahul Ihsan, 'Terjadinya pemikiran yang berbeda beda ini pun disebabkan adanya kekhawatiran yang mendalam atau berlebih lebihan, sehingga seseorang berpikiran bahwa corona merupakan suatu musibah yang besar. Dari sini lah awal bermula terjadinya tanggapan atau pandangan negatif."

-Jadi, kekhawatiran itu muncul diakibatkan oleh berita itu sendiri atau bagaimana?-

"Kekhawatiran itu timbul dari doktrin atau pemikiran tiap individu, tiap masyarakat itu sendiri." Ujar Winto.

"Jika masyarakat terlalu berlebihan dalam menangkap sebuah berita, justru akan mengakibatkan adanya pemikiran negatif. Namun, jika masyarakat menanggapi bahwa dengan adanya berita tersebut dapat menjadikan seseorang agar lebih berhati hati, ini lah yang di inginkan pemerintah. Pemerintah menginginkan agar rakyat indonesia tidak panik dalam menghadapi musibah ini. Kembali lagi ke topik sebelumnya, yaitu waspada atau berhati hati. Dengan adanya kehati-hatian akan mengarah kepada pencegahan. Dan pencegahan itu lebih baik dari pada mengobati.
Kesimpulannya adalah kabar atau berita yang terkait dengan virus corona itu penting, karena hal tersebut dapat membuat kita semakin berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Berita tersebut bukanlah untuk menakut-nakuti. Jika berita tersebut masih menggangu mental seseorang, maka jalan yang perlu diambil adalah berpikir positif, karena pada setiap berita terdapat pelajaran yang dapat diambil dan dengan adanya berita tersebut juga membuat seseorang semakin bertambah wawasan pengetahuannya." Lanjut Aridha Aziza.

"Perlu diingat harus di tanggapi dengan pemikiran positif, agar tidak terjadinya depresi, Karena hidup yang sehat juga memerlukan pemikiran yang sehat." Ujar Saidatul Jannah, mengajak agar kita harus menanggapi dengan pemikiran positif.


                                                                                                                             Selasa, 10 April 2020
Previous Post
Next Post

post written by:

7 komentar: